Menjadi Pewasilah: Sungai Kebaikan yang Tak Pernah Kering
Dalam kehidupan ini, ada orang-orang yang dipilih Allah bukan untuk menerima rezeki semata, tetapi untuk mengalirkannya. Mereka adalah perantara, jembatan, saluran keberkahan—merekalah pewasilah.
Istilah pewasilah mungkin terdengar asing, namun maknanya begitu dalam. Seorang pewasilah adalah mereka yang menjadi perantara kebaikan tanpa syarat, yang tidak sekadar memberi, tapi menghadirkan manfaat dan kebahagiaan bagi sesama. Mereka ibarat sungai—air yang tak pernah diminum sendiri, tapi menghidupi jutaan makhluk di sekitarnya.
Sungai yang Menghidupi
Allah menciptakan sungai untuk mengalirkan air dari gunung, embun, hujan, dan mata air ke tempat-tempat yang membutuhkan. Bayangkan jika sungai tak ada, bumi akan kebanjiran atau kekeringan. Maka, sungai adalah bentuk nyata dari sistem distribusi rahmat Tuhan.
Begitu pula manusia. Jika kita ingin bermanfaat, jadilah seperti sungai—mengalirkan rezeki, cinta, dan bantuan kepada siapa saja yang Allah arahkan kepada kita. Rezeki sejatinya bukan hanya milik kita, kita hanya tempat singgahnya sebelum rezeki itu sampai ke tangan yang tepat. Dan sungai, sebagaimana kita tahu, tak pernah kekurangan air selama ia terus mengalir.
Menjadi Jalan Bagi Doa yang Dikabulkan
Saat seseorang berdoa memohon pertolongan kepada Allah, bisa jadi jawaban dari doa itu datang lewat tangan kita. Kita hadir, memberi bantuan, menjadi solusi atas masalahnya. Maka, betapa mulianya posisi seorang pewasilah. Ia bukan hanya membantu, tapi berperan dalam kisah dijawabnya sebuah doa.
Namun menjadi pewasilah tidak mudah. Ada banyak ujian. Terkadang niat baik dipandang sinis, aktivitas sosial dicurigai, dan keikhlasan kita diuji dengan cibiran atau prasangka. Di sinilah pentingnya mental baja dan hati yang ikhlas. Sebab penyeru kebaikan memang selalu menjadi sasaran godaan syaitan. Ibadah itu mudah, tapi istiqamah-lah yang berat.
Gerakan Jumat Berkah: Wadah Sedekah Berjamaah
Salah satu kendaraan saya untuk terus belajar menjadi pewasilah adalah Gerakan Jumat Berkah. Setiap hari Jumat, saya dan beberapa teman berbagi sedekah, membantu mereka yang membutuhkan di hari yang penuh keberkahan.
Mengapa hari Jumat? Karena Rasulullah SAW menyebut Jumat sebagai hari terbaik dalam sepekan. Tapi sejatinya, sedekah bisa dilakukan kapan saja. Gerakan ini bukan sekadar berbagi makanan atau uang, tapi juga berbagi kepedulian, doa, dan harapan.
Motivasi terbesar saya sederhana: mencari ridha Allah. Saya ingin ‘caper’ kepada-Nya, ingin Allah ampuni dosa-dosa saya, kabulkan keinginan saya, dan menjadikan saya pribadi yang bermanfaat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Bukhari)
Dan dalam hadis lain disebutkan:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah membahagiakan hati sesama Muslim, mengangkat kesulitannya, melunasi utangnya, atau menghilangkan laparnya. Sungguh, berjalan bersama saudara Muslim untuk memenuhi kebutuhannya lebih aku cintai daripada beri’tikaf di Masjid Nabawi selama sebulan.”
(HR. Thabrani)
Kebaikan yang Menular
Yang lebih menakjubkan lagi, saat kita menjadi pewasilah, sering kali kita tidak hanya menyampaikan bantuan. Kita juga menginspirasi orang lain untuk ikut berbagi. Orang yang awalnya hanya penonton, berubah menjadi pelaku. Mereka ikut menyisihkan rezeki, menitipkan bantuan, atau menyumbang waktu dan tenaga. Maka, peran kita meluas: bukan hanya penyambung rezeki, tapi juga penyambung semangat kebaikan.
Dan percayalah, ketika satu pintu tertutup karena ada yang meragukan kita, Allah akan buka pintu-pintu lain. Ia akan datangkan orang-orang yang satu frekuensi. Kita cukup siapkan wadahnya, Allah yang akan mengisinya. Jangan bandingkan besarnya wadah kebaikan dengan kecilnya hati orang lain. Fokus saja pada istiqamah.
Kebaikan Tak Pernah Sia-Sia
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 201, Allah mengajarkan doa yang begitu lengkap:
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.”
Maka tugas kita adalah menanam benih-benih kebaikan, sekecil apapun. Sebab Allah tak pernah menyiakan satu pun amal. Akan ada masa di mana kita menuai, meski mungkin tidak di dunia, tapi pasti di akhirat. Kebaikan adalah investasi abadi, yang terus mengalir bahkan setelah kita tiada.
Akhir Kata: Mari Jadi Sungai
Menjadi pewasilah bukan sekadar soal memberi. Ini tentang menjalankan peran mulia sebagai perantara rezeki dan perantara hidayah. Menjadi sungai yang terus mengalirkan manfaat. Mungkin kita tak pernah tahu siapa yang hidupnya berubah karena bantuan kecil kita. Tapi Allah tahu. Dan itu cukup.
Jangan menunggu sempurna untuk berbagi. Cukup niatkan untuk menjadi jalan. Jalan bagi rezeki, jalan bagi kebahagiaan, dan jalan bagi perubahan. Karena saat kita menjadi jalan bagi orang lain, sejatinya kita sedang membuka jalan bagi diri kita sendiri—menuju ridha dan kasih sayang Allah SWT.
Penulis:
Ai Nurfadilah
Founder Sedekah Berjamaah Singaparna – Penggerak Gerakan Jumat Berkah, pewasilah rezeki dan kebaikan sosial di Tasikmalaya.
0 Komentar